RSS

Mari Memulai Belajar Dengan Berbasis Masalah ...

 

Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) bertujuan membantu siswa mengembangkan ketrampilan berfikir dan ketrampilan pemecahan masalah, belajar peranan orang dewasa yang otentik dan menjadi pelajar yang mandiri. Ciri-ciri utama pembelajaran berdasarkan masalah meliputi suatu pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan, autentik, krerjasama dan menghasilkan karya peragaan.

Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan tetapi pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah, dan ketrampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi pembelajar yang mandiri.

Lima langkah model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
1.    Orientasi siswa kepada masalah : guru menjelaskan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya
2.   Mengorganisasikan siswa untuk belajar : guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas yang berhubungan dengan masalah tersebut.
3.   Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok : guru membimbing siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,  melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
4.   Mengembangkan dan menyajikan hasil karya : guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan video dan model dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan temannya
5.   Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah : guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan



Pelaksanaan Pembelajaran Bedasarkan Masalah
1.    Tugas Perencanaan. Pembelajaran Bedasarkan Masalah memerlukan banyak perencanaan seperti halnya model-model pembelajaran yang berpusat pada siswa lainnya.
    • Penetapan Tujuan. Pertama mendiskripsikan bagaimana pembelajaran berdasarkan masalah direncanakan untuk membantu tercapainya tujuan-tujuan tertentu  misalnya ketrampilan menyelidiki, memahami peran orang dewasa dn membantu siswa menjadi pebelajar yang mandiri 
    • Merancang situasi masalah. Dalam pembelajaran berdasarkan masalah guru memberikan kebebasan siswa untuk memilih masalah yang akan diselidiki, karena cara ini meningkatkan motivasi siswa. Masalah sebaiknya otentik, mengandung teka-teki dan tidak terdefinisikan secara ketat, memungkinkan kerjasama, bermakna dan konsisten dengan tujuan kurikulum.
    • Organisasi sumber daya dan rencana logistik. Dalam pembelajaran berdasarkan masalah guru mengorganisasikan sumber daya dan merencanakan keperluan untuk keperluan penyelidikan siswa karena dalam model pembelajaran ini dimungkinkan siswa bekerja dengan beragam material dan peralatan, pelaksanaan dapat dilakukan didalam maupun diluar kelas.
2.   Tugas interaktif 
o    Orientasi siswa pada masalah. Siswa perlu memahami bahwa pembelajaran berdasarkan masalah adalah kgiatn penyelidikan terhadap masalah-masalah yang penting dan untuk menjadi pelajar yang mandiri. Oleh karena itu cara yang baik dalam menyajikan masalah adalah dengan menggunakan kejadian-kejadian yang mencengangkan dan menimbulkan misteri sehingga merangsang untuk memecahkan masalah tersebut
o    Mengorganisasikan siswa untuk belajar. Dalam pembelajaran berdasarkan masalah siswa memerlukan bantuan guru untuk merencanakan penyelidikan dan tugas-tugas pelaporan. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar  kooperatif juga berlaku untuk mengorrganisasikan siswa kedalam kelompok pembelajaran berdasarkan masalah
o    Membantu penyelidikan mandiri  dan kelompok. (1) guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber, siswa diberi pertanyaan yang membuat siswa memimikirkan masalah dan jenis informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah sehingga siswa diajarkan menjadi penyelidik yang aktif dan dapat menggunakan metode yang sesuai untuk memecahkan masalah tersebut.  (2) Guru mendorong pertukaran ide secara bebas dan penerimaan sepenuhnya ide-ide tersebut (3) Puncak kegiatan pembelajaran berdasarkan masalah adalah penciptaan dan peragaan sepertiposter, videotape dsb
3.   Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. Tugas guru pada tahap akhir pembelajaran berdasarkan masalah adalah membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri dan ketrampilan penyelidikan yang mereka gunakan.

Asesmen dan evaluasi
Penilaian yang dilakukan guru tidak hanya terbatas dengan tes tulis, tetapi termasuk menemukan prosedur penilaian alternatif yang dapat digunakan untuk mengukur pekerjaan siswa. Dalam pembelajaran berbasis masalah guru berperan dalam mengembangkan aspek kognitif dan metakognitif siswa, bukan sekedar sumber pengetahuan dan penyebar informasi. Di samping itu siswa bukan sebagai pendengar yang pasif tetapi berperan aktif sebagai problem. Peran guru, siswa dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah dapat digambarkan sebagai berikut:

Guru sebagai pelatih
Siswa sebagai problem solver
Masalah sebagai awal tantangan dan motivasi
* Asking about thinking ( bertanya tentang pemikiran)
* memonitor pembelajaran
* probbing ( menantang siswa untuk berfikir )
* menjaga agar siswa terlibat
* mengatur dinamika kelompok
* menjaga berlangsungnya proses
* peserta yang aktif
* terlibat langsung dalam pembelajaran
* membangun pembelajaran
* menarik untuk dipecahkan
* menyediakan kebutuhan yang ada hubungannya dengan pelajaran yang dipelajari


Pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah secara ringkas sebagai berikut:
1.    Tugas Perencanaan
Sesuai hakekat interaktifmya pembelajaran berbasis masalah  membutuhkan banyak perencanann seperti halnya model-model pembelajaran yang berpusat pada siswa lainnya.
a.   Penetapan tujuan
Pertama kali mendiskripsikan bagaimana pembelajaran berbasis masalah direncanakan untuk mencapai tujuan-tujuan seperti ketrampilan menyelidiki, memahami peran orang dewasa dan membantu siswa menjadi pembelajar yang mandiri. Hendaknya difikirkan dahulu dengan matang tujuan yang hendak dicapai sehingga dapat dikomunikasikan dengan jelas kepada siswa
b.   Merancancang situasi masalah yang sesuai
Beberapa guru dalam pembelajaran berbasis masalah  memberikan siswa suatu kelleluasaan dalam memilih masalah untuk diselidiki karena cara ini dapat meningkatkan motivasi siswa. Situasi masalah yang baik seharusnya autentik (berdasarkan pada pengalaman dunia nyata siswa), mengandung teka-teki dan tidak terdefinisis secara ketat memungkinkan kerjasama, bermakna bagi siswa, konsisten dengan tujuan kurikulum.
c.   Organissasi sumber daya dan rencana logistik
Dalam pembelajaran berbasis masalah siswa dimungkinkan bekerja dengan berbagai material dan peralatan, dan pelaksanaannya bias dilakukan di dalam kelas, bias juga di perpustakaan dan laboratorium, bahkan dapat pula dilakukan diluar sekolah. Oleh karena itu tugas mengorganisasikan sumberdaya dan merencanakan kebutuhan untuk penyelidikan siswa harus menjadi tugas perencanaan yang utama bagi guru yang menerapkan model pembelajaran ini

2.   Tugas Interaktif
a.   Orientasi siswa pada masalah
Siswa perlu memahami bahwa tujuan pembelajaran berbasis masalah tidak untuk memperoleh informasi baru dalam jumlah besar, tetapi untuk melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah yang penting dan untuk menjadi pembelajaran yang mandiri. Cara yang baik untuk menyajikan masalah untuk sebuah pelajaran dalam pembelajaran berbasis masalah  adalah dengan menggunakan kejadian yang mencengangkan yang dapat menimbulkan misteri dan keinginan untuk memecahkan masalah.
b. Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Pada model pembelajaran berbasis masalah  diperlukan pengembangan ketrampilan kerja sama di anatara siswa dan saling membantu untuk menyelidiki masalah secara bersama. Berkenaan dengan hal tersebut siswa mememerlukan bantuan guru untuk merencanakan penyelidikan dan tugas-tugas pelaporan.
c.   Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
·         Guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber,siswa diberi pertanyaan yang membuat mereka memikirkan masalah dan jenis informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah. Siswa diajarkan menjadi penyelidik yang aktif dan dapat menggunakan metode yang sesuai untuk masalah yang dihadapinya
·         Guru mendorong siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber,siswa diberi pertanyaan yang membuat mereka memikirkan masalah dan jenis informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah. Selama tahap penyelidikan guru memberi bantuan yang dibutuhkan tanpa mengganggu siswa
·         Puncak proyek-proyek pembelajaran berbasis masalah adalah penciptaan danperagaan artifak seperti laporan, poster, model-model fisik dan videotape. Tugas guru pada tiap akhir pembelajaran berbasis masalah  adalah membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berfikir mereka sendiri, dan ketrampilan penyelidikan yang mereka gunakan.

Penilaian pada pembelajaran berbasis masalah berorientasi pada proses dengan tujuan untuk menilai ketrampilan berkomunikasi, bekerjasama, penerimaan siswa terhadap tanggung jawab belajar, kemampuan belajar bagaimana belajar (learning to learn), penyelesaian dan penggunaan sumber serta pengembangan ketrampilan memecahkan masalah.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Users' Comments (0)

Apa Itu 'Chemistry Triangel'?

Menurut Chang (2005), ilmu kimia merupakan “ilmu tentang sifat-sifat zat, perubahan zat, hukum dan prinsip yang menggambarkan perubahan zat, serta konsep-konsep dan teori-teori yang menafsirkan atau menjelaskan perubahan zat.” Berdasarkan pengertian ini bahan kajian ilmu kimia meliputi diantaranya sifat-sifat zat termasuk struktur zat, perubahan zat (reaksi kimia), hukum, prinsip dan teori. Bahan kajian tersebut pada dasarnya terdiri atas konsep-konsep. Masing-masing konsep, akan berkaitan satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, untuk mempelajari ilmu kimia harus dimulai dari pemahaman tentang konsep agar kaitan antara satu konsep dengan konsep lain dapat dipahami juga

Konsep-konsep dalam ilmu kimia sebagian besar bersifat abstrak. Nahum (2004:302) menyatakan bahwa “Chemical concept are very abstract and students find it difficult to explain chemical phenomena by using this concept.” Selain itu, Chandrasegaran (2007:294) juga mengemukakan bahwa konsep-konsep dalam ilmu kimia direpresentasikan ke dalam tiga level representasi sebagai berikut ini.
a.  Representasi  makroskopik merupakan representasi terhadap fenomena yang bisa dirasakan dalam kehidupan sehari-hari ketika seseorang mengamati perubahan yang terjadi pada sifat-sifat zat. Contohnya adalah perubahan warna, pH larutan, terbentuknya gas dan endapan saat reaksi kimia, dan lain-lain.
b.    Representasi submikroskopik (molekular) adalah penjelasan mengenai fenomena pada level partikel (atom, molekul atau ion).
c.          Representasi simbolik (lambang) merupakan representasi yang melibatkan simbol-simbol, rumus, persamaan, model-model dan lambang zat kimia.

Ketiga level representasi ini saling berkaitan dan merupakan karakter penting dalam pembelajaran ilmu kimia.



Gambar 1. Pemahaman Konseptual Kimia : Suatu Model Pembelajaran



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Users' Comments (0)